PENGERTIAN ETIKA MENURUT PARA AHLI
Para ahli telah mendefinisikan etika dalam
beberapa definisi yang berbeda :
Mustafa
Mustafa
Pengertian etika menurut Mustafa sebagai
ilmu yang menyelidiki terhadap perilaku mana yang baik dan yang buruk dan juga
dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh apa yang telah diketahui oleh
akal pikiran.
Ahmad Amin
Ahmad Amin
Menurut Ahmad Amin etika merupakan suatu
ilmu yang menjelaskan tentang arti baik dan buruk serta apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, juga menyatakan sebuah tujuan yang harus dicapai
manusia dalam perbuatannya dan menunjukkan arah untuk melakukan apa yang
seharusnya didilakukan oleh manusia.
Aristoteles
Aristoteles
Berdasarkan pandangan Aristoteles etika
kedalam dua pengertian yakni:
Terminius Technicus & Manner and
Custom. Terminius Technicus ialah etika dipelajari sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia.
Manner and custom ialah suatu pembahasan
etika yang terkait dengan tata cara & adat kebiasaan yang melekat dalam
kodrat manusia (in herent in human nature) yang sangat terikat dengan arti
“baik & buruk” suatu perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
Bertens
Bertens
Pengertian Etika Bertens merupakan nilai
dan norma moral yang menjadi acuan bagi manusia secara individu maupun kelompok
dalam mengatur segala tingkah lakunya.
Drs. H. Burhanudin Salam
Drs. H. Burhanudin Salam
Pengertian etika Drs. H. Burhanudin Salam
ialah suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang nilai-nilai dan norma
yang dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.
Drs. O.P. Simorangkir
Drs. O.P. Simorangkir
Etika menurut Drs. O.P. Simorangkir adalah
pandangan manusia terhadap baik dan buruknya perilaku manusia.
Drs. Sidi Gajabla
Drs. Sidi Gajabla
Menurut Drs. Sidi Gajabla pengertan etika
dipandang sebagai teori tentang perilaku atau perbuatan manusia yang dipandang
dari segi baik & buruknya sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia.
James J. Spillane SJ
James J. Spillane SJ
Etika menurut James J. Spillane SJ adalah
mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambi suatu
keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan
akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya
serta tingkah laku seseorang kepada orang lain.
Hamzah Yakub
Hamzah Yakub
Hamzah Yakub memandang etika sebagai
adalah menyelidiki suatu perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk.
Martin
Martin
Definisi etika menurut Martin suatu
disiplin ilmu yang berperan sebagai acuan atau pedoman untuk mengontrol tingkah
laku atau perilaku manusia.
Maryani dan Ludigdo
Maryani dan Ludigdo
Maryani dan Ludigdo mengartikan etika
sebagai seperangkat norma, aturan atau pedoman yang mengatur segala perilaku
manusia, baik yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan yang dianut oleh
sekelompok masyarakat atau segolongan masyarakat.
Prof. DR. Franz Magnis Suseno
Prof. DR. Franz Magnis Suseno
Etika menurut pandangan Prof. DR. Franz
Magnis Suseno merupakan suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan dan pijakan
kepada tindakan manusia.
W. J. S. Poerwadarminto
W. J. S. Poerwadarminto
Pengertian etika merupakan ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) pengertian etika adalah ilmu tentang baik dan buruknya perilaku, hak dan
kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-nilai yang berkaitan dengan akhlak;
nilai mengenai benar atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut
masyarakat.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Beberapa prinsip etika bisnis dapat
disampaikan sebagai berikut:
Prinsip Otonomi
Otonomi merupakan sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Seseorang dikatakan memiliki prinsip otonomi dalam berbisnis jika ia sadar sepenuhnya akan kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang dihadapinya, tuntutan dan aturan yang berlaku bagi bidang kegiatannya. Ia sadar dan tahu akan keputusan dan tindakan yang akan diambilnya serta risiko atau akibat yang akan timbul baik bagi dirinya dan perusahaannya maupun bagi pihak lain.
Di samping itu ia juga tahu bahwa keputusan dan tindakan yang akan diambilnya akan sesuai atau sebaliknya bertentangan dengan nilai atau norma moral tertentu. Oleh karena itu orang yang otonom bukanlah orang yang sekedar mengikuti begitu saja norma dan nilai moral yang ada, melainkan ia tahu dan sadar bahwa apa yang dilakukan itu adalah sesuatu yang baik.
Hal yang demikian berlaku juga dalam bidang bisnis. Misalnya seorang pelaku bisnis hanya mungkin bertindak secara etis kalau dia diberi kebebasan dan kewenangan penuh untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya baik. Tanpa kebebasan ini para pelaku bisnis hanya akan menjadi robot yang hanya bisa tunduk pada tuntutan perintah, dan kendali dari luar dirinya. Hanya dengan kebebasan seperti itu ia dapat menentukan pilihannya secara tepat dalam menjalankan dan mengembangkan bisnisnya .
Otonomi merupakan sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Seseorang dikatakan memiliki prinsip otonomi dalam berbisnis jika ia sadar sepenuhnya akan kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang dihadapinya, tuntutan dan aturan yang berlaku bagi bidang kegiatannya. Ia sadar dan tahu akan keputusan dan tindakan yang akan diambilnya serta risiko atau akibat yang akan timbul baik bagi dirinya dan perusahaannya maupun bagi pihak lain.
Di samping itu ia juga tahu bahwa keputusan dan tindakan yang akan diambilnya akan sesuai atau sebaliknya bertentangan dengan nilai atau norma moral tertentu. Oleh karena itu orang yang otonom bukanlah orang yang sekedar mengikuti begitu saja norma dan nilai moral yang ada, melainkan ia tahu dan sadar bahwa apa yang dilakukan itu adalah sesuatu yang baik.
Hal yang demikian berlaku juga dalam bidang bisnis. Misalnya seorang pelaku bisnis hanya mungkin bertindak secara etis kalau dia diberi kebebasan dan kewenangan penuh untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya baik. Tanpa kebebasan ini para pelaku bisnis hanya akan menjadi robot yang hanya bisa tunduk pada tuntutan perintah, dan kendali dari luar dirinya. Hanya dengan kebebasan seperti itu ia dapat menentukan pilihannya secara tepat dalam menjalankan dan mengembangkan bisnisnya .
Prinsip Kejujuran
Dalam kenyataannya, kegiatan bisnis tidak akan bisa bertahan dan berhasil kalau tidak didasarkan pada prinsip kejujuran. Sesungguhnya para pelaku bisnis modern sadar dan mengakui bahwa memang kejujuran dalam berbisnis adalah kunci keberhasilannya, termasuk untuk bertahan dalam jangka panjang, dalam suasana bisnis yang penuh dengan persaingan.
Kejujuran ini sangat penting artinya bagi kepentingan masingmasing pihak dan selanjutnya sangat menentukan hubungan dan kelangsungan bisnis masing-masing pihak. Apabila salah satu pihak berlaku curang, maka pihak yang dirugikan untuk waktu yang akan datang tidak akan lagi bersedia menjalin hubungan bisnis dengan pihak yang berbuat curang tersebut.
Jadi dengan berlaku curang dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian atau kontrak dengan pihak tertentu, maka pelaku bisnis sesungguhnya telah menggali kubur bagi bisnisnya sendiri. Kejujuran juga sering dikaitkan dengan mutu dan harga barang yang ditawarkan. Sebagaimana telah disampaikan di depan, dalam bisnis modern yang penuh dengan persaingan, kepercayaan konsumen adalah hal yang paling pokok untuk dipertahankan.
Oleh karena itu sekali pengusaha menipu konsumen, entah melalui iklan atau pelayanan yang tidak sesuai dengan yang diinformasikan, konsumen akan dengan mudah lari dan pindah ke produsen yang lain. Cara-cara promosi yang berlebihan, tipu-menipu bukan lagi cara bisnis yang baik dan berhasil. Kenyataan bahwa banyak konsumen Indonesia lebih suka membeli produk dari luar negeri, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia kurang begitu percaya dengan produk buatan bangsanya sendiri.
Dalam kenyataannya, kegiatan bisnis tidak akan bisa bertahan dan berhasil kalau tidak didasarkan pada prinsip kejujuran. Sesungguhnya para pelaku bisnis modern sadar dan mengakui bahwa memang kejujuran dalam berbisnis adalah kunci keberhasilannya, termasuk untuk bertahan dalam jangka panjang, dalam suasana bisnis yang penuh dengan persaingan.
Kejujuran ini sangat penting artinya bagi kepentingan masingmasing pihak dan selanjutnya sangat menentukan hubungan dan kelangsungan bisnis masing-masing pihak. Apabila salah satu pihak berlaku curang, maka pihak yang dirugikan untuk waktu yang akan datang tidak akan lagi bersedia menjalin hubungan bisnis dengan pihak yang berbuat curang tersebut.
Jadi dengan berlaku curang dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian atau kontrak dengan pihak tertentu, maka pelaku bisnis sesungguhnya telah menggali kubur bagi bisnisnya sendiri. Kejujuran juga sering dikaitkan dengan mutu dan harga barang yang ditawarkan. Sebagaimana telah disampaikan di depan, dalam bisnis modern yang penuh dengan persaingan, kepercayaan konsumen adalah hal yang paling pokok untuk dipertahankan.
Oleh karena itu sekali pengusaha menipu konsumen, entah melalui iklan atau pelayanan yang tidak sesuai dengan yang diinformasikan, konsumen akan dengan mudah lari dan pindah ke produsen yang lain. Cara-cara promosi yang berlebihan, tipu-menipu bukan lagi cara bisnis yang baik dan berhasil. Kenyataan bahwa banyak konsumen Indonesia lebih suka membeli produk dari luar negeri, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia kurang begitu percaya dengan produk buatan bangsanya sendiri.
Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional, obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Demikian pula prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah dalam relasi eksternal perusahaan maupun relasi internal perusahaan perlu diperlakukan secara sama sesuai dengan haknya masing-masing. Keadilan menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional, obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Demikian pula prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah dalam relasi eksternal perusahaan maupun relasi internal perusahaan perlu diperlakukan secara sama sesuai dengan haknya masing-masing. Keadilan menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Jadi kalau prinsip keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya, prinsip saling menguntungkan menuntut hak yang sama yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Prinsip ini terutama mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis.
Dalam kenyataan, pengusaha ingin memperoleh keuntungan dan konsumen ingin memperoleh barang dan jasa yang memuaskan (harga tertentu dan kualitas yang baik) maka bisnis hendaknya dijalankan saling menguntungkan antara produsen dan konsumen.
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Jadi kalau prinsip keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya, prinsip saling menguntungkan menuntut hak yang sama yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Prinsip ini terutama mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis.
Dalam kenyataan, pengusaha ingin memperoleh keuntungan dan konsumen ingin memperoleh barang dan jasa yang memuaskan (harga tertentu dan kualitas yang baik) maka bisnis hendaknya dijalankan saling menguntungkan antara produsen dan konsumen.
Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menganjurkan agar orang-orang yang menjalankan bisnis tetap dapat menjaga nama baik perusahaan. Perusahaan harus megelola bisnisnya sedemikian rupa agar tetap dipercaya, tetap paling unggul dan tetap yang terbaik.
Dengan kata lain prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku bisnis dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan. Hal ini tercermin dalam seluruh perilaku bisnisnya dengan siapa saja, baik keluar maupun ke dalam perusahaan.
Prinsip ini menganjurkan agar orang-orang yang menjalankan bisnis tetap dapat menjaga nama baik perusahaan. Perusahaan harus megelola bisnisnya sedemikian rupa agar tetap dipercaya, tetap paling unggul dan tetap yang terbaik.
Dengan kata lain prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri pelaku bisnis dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan dibanggakan. Hal ini tercermin dalam seluruh perilaku bisnisnya dengan siapa saja, baik keluar maupun ke dalam perusahaan.
Contoh Kegiatan yang Melanggar Etika
Bisnis
Contoh kegiatan yang melanggar
aturan-aturan dalam berbisnis/etika bisnis, antara lain:
- Pada saat ada informasi gaji naik, distributor
berusaha menimbun barang dagangan karena mereka tahu harga akan naik.
- Penjual di pasar sering mengurangi berat
timbangan dari barang yang dijual, agar keuntungannya tinggi.
- Produsen sering menampilkan label 100% halal
padahal kenyataan tidak
PERKEMBANGAN ETIKA BISNIS
Sepanjang sejarah,
kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika. Perhatian
etika untuk bisnis seumur dengan bisnis itu sendiri. Sejak manusia terjun dalam
perniagaan, didasari juga bahwa kegiatan ini tidak terlepas dari masalah etis. Misalnya,
sejak manusia berdagang ia tahu tentang kemungkinan penipuan. Dalam teks-teks
kuno sudah dapat dibaca teguran kepada pemilik toko yang menipu dengan
mempermainkan timbangan. Pedagang yang menipu langganan dengan menjual
barangnya menurut pengukuran berat yang tidak benar, berlaku tidak etis. Aktivitas
perniagaan selalu sudah berurusan dengan etika, artinya selalu harus
mempertimbangkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Memang benar,
sejak ditemukannya bisnis, etika sudah mendampingi kegiatan manusiawi ini.
Namun
demikian, jika kita menyimak etika bisnis sebagaimana dipahami dan dipraktekkan
sekarang, tidak bisa disangkal juga, disini kita menghadapi suatu fenomena
baru. Belum pernah dalam sejarah, etika bisnis mendapat perhatian begitu besar
dan intensif seperti sekarang ini. Etika bisnis mencapai status ilmiah dan
akademis dengan identitas sendiri. Bagaimana perkembangan ini dapat dimengerti?
Richard De George mengusulkan untuk membedakan antara ethics in business dan business
ethics, antara etika-dalam-bisnis dan etika bisnis. Maksudnya dapat
dijelaskan sebagai berikut. Etika selalu sudah dikaitkan dengan bisnis,
sebagaimana etika selalu dikaitkan juga dengan wilayah-wilayah lain dalam
kehidupan manusia seperti politik, keluarga, seksualitas, berbagai profesi, dan
sebagainya. Jadi, etika-dalam-bisnis atau etika-berhubungan-dengan-bisnis
berbicara tentang bisnis sebagai salah satu topik disamping sekian banyak topik
lainnya. etika-dalam-bisnis belum merupakan suatu bidang khusus yang memiliki
corak dan identitas tersendiri. Hal itu baru tercapai dengan timbulnya “etika
bisnis” dalam arti yang sesungguhnya. Etika bisnis dalam arti khusus untuk
pertama kali timbul di Amerika Serikat dalam tahun 1970-an dan agak cepat
meluas ke kawasan dunia lainnya. Dengan memanfaatkan dan memperluas pemikiran
De George ini kita dapat membedakan lima periode dalam perkembangan
etika-dalam-bisnis menjadi etika bisnis.
1.
Situasi dahulu
Pada
awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas
juga bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur. Dalam filsafat
dan teologi Abad Pertengahan pembahasan ini dilanjutkan, dalam kalangan Kristen
maupun Islam. Topik-topik moral sekitar ekonomi dan perniagaan tidak luput pula
dari perhatian filsafat (dan teologi) di zaman modern.
Dengan
membatasi diri pada situasi di Amerika Serikat selama separuh pertama abad ke
20, De George melukiskan bagaimana di perguruan tinggi masalah moral di sekitar
ekonomi dan bisnis terutama disoroti dalam teologi. Pada waktu itu dibanyak
univeritas diberikan kuliah agama dimana mahasiswa mempelajari masalah-masalah
moral sekitar ekonomi dan bisnis. Dengan demikian di Amerika Serikat selama
separuh pertama abad ke 20 etika-dalam-bisnis terutama dipraktekkan dalam
konteks agama dan teologi. Dan pendekatan ini masih berlangsung terus sampai
hari ini, di Amerika Serikat maupun ditempat lain.
2.
Masa peralihan: tahun 1960-an
Dalam
tahun 1960-an terjadi perkembangan baru yang bisa dilihat sebagai persiapan
langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam dekade berikutnya. Dasawarsa 1960-an
ini di Amerika Serikat (dan dunia Barat pada umumnya) ditandai oleh
pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa (mulai di ibukota
Perancis bulan Mei 1968), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini
memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan
menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and
Society. Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social
responsibility.
3.
Etika bisnis lahir di Amerika Serikat:
tahun 1970-an
Etika
bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan akademis dengan identitas sendiri
mulai terbentuk di Amerika Serikat sejak tahun 1970-an. Jika sebelumnya etika
membicarakan aspek-aspek moral dari bisnis disamping banyak pokok pembicaraan
moral lainnya, kini mulai berkembang etika bisnis dalam arti sebenarnya. Terutama
ada dua faktor yang memberi kontribusi besar kepada kelahiran etika bisnis di
Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1970-an: sejumlah filsuf mulai terlibat
dalam memikirkan masalah-masalah etis sekitar bisnis, dan etika bisnis dianggap
sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia
bisnis di Amerika Serikat. Faktor kedua yang memacu timbulnya etika bisnis
sebagai suatu bidang studi yang serius adalah krisis moral yang dialami dunia
bisnis Amerika pada awal tahun 1970-an.
Reaksi
atas terjadinya peristiwa-peristiwa tidak etis dalam kalangan pendidikan
Amerika dirasakan kebutuhan akan refleksi etika di bidang bisnis. Salah satu
usaha khusus adalah menjadikan etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum
perguruan tinggi yang mendidik manajer dan ahli ekonomi. Keputusan ini ternyata
berdampak luas. Dengan demikian dipilihnya etika bisnis sebagai mata kuliah dalam
kurikulum sekolah bisnis banyak menyumbang kepada perkembangan ke arah bidang
ilmiah yang memiliki identitas sendiri.
4.
Etika bisnis meluas ke Eropa : tahun
1980-an
Di
Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira sepuluh
tahun kemudian, mula-mula di Inggris yang secara geografis maupun kultural
paling dekat dengan Amerika Serikat, tetapi tidak lama kemudian juga di negara-negara
Eropa Barat lainnya. Pada tahun 1987 didirikan European Buiness Ethics Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum
pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah bisnis, para
pengusaha dan wakil-wakil dari organisasi nasional dan internasional (seperti
serikat buruh). Konferensi EBEN yang pertama berlangung di Brussel (1987).
5.
Etika bisnis menjadi fenomena global:
tahun 1990-an
Dalam dekade
1990-an sudah menjadi jelas, etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia barat.
Memang benar apa yang di katakan Richard De George: etika bisnis bersifat
nasional, internasional, dan global seperti bisnis itu sendiri. Kini etika
bisnis dipelajari, diajarkan, dan dikembangkan diseluruh dunia. Salah satu
bukti global dari etika bisnis adalah didirikannya International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE).
ISBEE mengadakan pertemuan perdananya dengan The First World Congress of Business, Economics, and Ethics di
Tokyo pada 25-28 Juli 1996. Dalam kongres tersebut dibawakan laporan tentang
situasi etika bisnis diberbagai kawasan dunia. Kongres kedua berlangsung di Sao
Paolo, Brasil, tahun 2000.
ETHICAL GOVERNANCE
Etika (Yunani Kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan“) adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral terhadap nilai-nilai berhubungan. Pemerintahan adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Etika pemerintahan adalah berperilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan rangkaian proses, kebijakan atau aturan dari suatu perusahaan.
Dalam Ethical Governance (Etika
Pemerintahan) terdapat juga masalah kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat,
aparatur, struktur dan lembaganya. Etika pemerintahan tidak terlepas dari
filsafat pemerintahan. Filsafat pemerintahan adalah prinsip pedoman dasar yang
dijadikan sebagai fondasi pembentukan dan perjalanan roda pemerintahan yang
biasanya dinyatakan pada pembukaan UUD negara. Etika merupakan suatu ajaran yang
berasal dari filsafat mencakup tiga hal yaitu :
1. Logika, mengenai tentang benar dan
salah.
2. Etika, mengenai tentang prilaku
baik dan buruk.
3. Estetika, mengenai tentang
keindahan dan kejelekan.
Etika pemerintahan ini juga dikenal
dengan sebutan Good Corporate Governance, menurut Bank
Dunia (World Bank) adalah kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah
yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan
bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan
bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Sumber:
http://www.sumberpengertian.com/pengertian-etika
http://budisma.net/2016/08/5-prinsip-etika-bisnis.html
http://www.sumberpengertian.com/pengertian-etika
http://budisma.net/2016/08/5-prinsip-etika-bisnis.html
No comments:
Post a Comment