PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Rupiah adalah mata
uang resmi Indonesia. Mata uang ini dicetak dan diatur penggunaannya oleh Bank
Indonesia dengan kode ISO
4217 IDR. Secara tidak formal,
orang Indonesia juga menyebut mata uang ini dengan nama "perak". Satu rupiah dibagi menjadi 100 sen,
walaupun inflasi telah membuatnya tidak digunakan lagi kecuali hanya pada
pencatatan di pembukuan bank.
Nama
rupiah sering dikaitkan dengan rupee mata uang India, namun
sebenarnya menurut Adi Pratomo, salah satu sejarawan uang Indonesia, rupiah diambil dari kata rupia dalam bahasa Mongolia. Rupia sendiri berarti perak. Memang sama dengan arti rupee,
namun rupiah sendiri merupakan pelafalan asli Indonesia karena adanya
penambahan huruf ’h’ di akhir kata rupia, sangat khas sebagai pelafalan
orang-orang Jawa.
Pada
masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia belum menggunakan mata uang rupiah namun
menggunakan mata uang resmi yang dikenal sebagai ORI. ORI memiliki jangka waktu
peredaran di Indonesia selama 4 tahun, ORI sudah mulai digunakan semenjak
1945-1949. Namun, penggunaan ORI secara sah baru dimulai semenjak diresmikannya
mata uang ini oleh pemerintah sebagai mata uang Indonesia pada 30 Oktober 1946.
Pada 8 April 1947, gubernur provinsi Sumatera mengeluarkan rupiah Uang
Republik Indonesia Provinsi Sumatera (URIPS). Sejak 2 November 1949, empat tahun setelah merdeka, Indonesia menetapkan rupiah
sebagai mata uang kebangsaannya yang baru.
Krisis ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai rupiah jatuh
sebanyak 35% dan membawa kejatuhan pemerintahan Soeharto. Rupiah merupakan mata uang yang boleh ditukar dengan bebas
tetapi diperdagangkan dengan penalti disebabkan kadar inflasi yang tinggi.
PEMBAHASAN
Permasalahan
yang sekarang ini sedang terjadi adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar amerika. Banyak hal yang membuat nilai tukar rupiah melemah, yaitu:
1. Pertumbuhan
Perekonomian Amerika,
2. Inflasi
pasca kenaikan harga BBM,
3. Meningkatnya
data tenaga kerja Amerika,
4. Menurunnya
devisa negara,
5. Pengetatan
Stimulus Moneter Amerika.
1.
Pertumbuhan
Perekonomian Amerika
Center of Reform on Economics
(Core) Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah terus melemah hingga 2015.
Direktur Eksekutif Core Indonesia, Hendri Saparini mengatakan kebijakan bank
sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga menjadi faktor paling
kuat menekan kurs rupiah.
Rupiah
bisa melemah dari Rp 12.300 hingga 12.600 per dolar AS. Kekhawatiran pelemahan
kurs rupiah, berawal dari perkiraan tumbuhnya perekonomian Amerika pada 2015
sekitar 3,3 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi tahun
ini yang berkisar pada level 2,2 persen.
Peningkatan
pertumbuhan ekonomi Amerika memunculkan kekhawatiran akan tersendatnya
pertumbuhan ekonomi, terutama di negara berkembang. Hendri menuturkan
kekhawatiran itu diperparah dengan rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan
pada paruh kedua 2015. Akibatnya, pasar memberikan respons berlebihan dengan
cara memborong dolar, sehingga kursnya semakin menguat.
2.
Inflasi
pasca kenaikan harga BBM
Penyebab
kedua dari melemahnya rupiah datang dari dalam negeri. Rupiah akan tertekan
oleh inflasi pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Untuk itu,
investor berharap ada stabilitas politik untuk menjaga sentimen di pasar modal dan
investasi jangka panjang. Dengan begitu dapat mempengaruhi besarnya tekanan
pada pelemahan rupiah.
3.
Meningkatnya
data tenaga kerja Amerika
Meningkatnya
data tenaga kerja AS hingga melampaui prediksi para analis membuat nilai tukar
dolar semakin perkasa. Sehingga, nilai tukar rupiah yang sejak pekan lalu kini
semakin tertindas.
Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga 0,58 persen ke
level 12.370 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:48 waktu Jakarta. Nilai
tukar rupiah bahkan sempat menyentuh level 12.376 per dolar AS di awal sesi
pembukaan.
Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai tukar rupiah terkoreksi cukup signifikan hingga 56 poin. Pada perdagangan saat ini, nilai tukar rupiah berada di level 12.352 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai tukar rupiah terkoreksi cukup signifikan hingga 56 poin. Pada perdagangan saat ini, nilai tukar rupiah berada di level 12.352 per dolar AS.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta menilai
data perubahan non-farm payrolls AS yang meningkat tajam berhasil membuat nilai
tukar dolar kian perkasa.
4.
Menurunnya devisa negara
Selain itu, cadangan devisa negara juga turun dari US$ 111,97
miliar menjadi US$ 111,14 miliar. Penurunan ini dipicu pengeluaran pembayaran
utang luar negeri pemerintah dan pengendalian moneter terhadap pelemahan
rupiah.
5.
Pengetatan stimulus moneter Amerika
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo),
Sofjan Wanandi, menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi
beberapa hari belakangan ini tidak bisa dikaitkan dengan isu pengesahan
Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Sofjan menampik anggapan bahwa penurunan nilai tukar
rupiah dalam sepekan terakhir disebabkan sentimen negatif terhadap isu politik
dalam negeri ini. Isu utama yang membuat rupiah tertekan adalah pengetatan
stimulus moneter AS.
"Unsur dalam dan luar bermain. Ini yang bikin
rupiah melemah. Perdagangan kita defisit," ujar Sofjan.
Selain itu, ia melanjutkan, negara-negara lain di
kawasan negara berkembang pun turut mengalami depresiasi nilai tukar mata
uangnya masing-masing terhadap dolar AS dalam menghadapi isu gejala pemulihan
ekonomi AS.
Melihat
nilai tukar rupiah yang melemah, pemerintah akan memberikan insentif. Insentif
yang dilakukan adalah meningkatkan ekspor dan investasi dan juga memberikan tax
holiday serta tax allowance sehingga Indonesia mendapatkan keuntungan walau
sekarang nilai dolar AS terus meningkat.
1.
Meningkatkan
ekspor dan menekan laju impor
Wakil
Presiden Jusuf Kalla menjelaskan, dengan meningkatnya ekspor, maka Indonesia
mendapat keuntungan besar karena barang yang diekspor dibayar menggunakan
dollar AS. Ekspor yang bisa digenjot adalah coklat, kopi, udang, karet, sawit
dan sebagainya.
Apabila ekspor bisa digenjot dan impor
ditekan, Jusuf Kalla optimistis bahwa defisit perdagangan Indonesia akan
menurun apalagi Indonesia telah menekan subsidi bahan bakar minyak (BBM).
"Pada ujungnya di awal tahun depan akan kelihatan hasilnya yaitu
stabilitas ekonomi," ungkap Wakil Presiden Jusuf Kalla.
2.
Meningkatkan
investasi di Indonesia
Insentif
yang berikutnya adalah meningkatkan investasi. Insentif ini dapat diberikan
pada pihak yang akan berinvestasi di Indonesia. Wakil Presiden, Jusuf Kalla
yakin Indonesia tetap menjadi pilihan berinvestasi jika fasilitas yang
diberikan pemerintah tidak terlalu menyulitkan.
3.
Memberikan
tax holiday dan tax allowance
Menteri
Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan, bentuk insentif yang diberikan
pemerintah untuk menghadapi penurunan nilai tukar rupiah pada dollar AS tidak
harus berbentuk fiskal. Ia pastikan, pemerintah akan melakukan semua hal yang
dianggap mampu mendorong peningkatan ekspor termasuk memberikan tax holiday
atau tax allowance pada investor yang mampu meningkatkan ekspor Indonesia.
PENDAPAT WAKIL PRESIDEN JUSUF KALLA
Wakil Presiden Jusuf Kalla tak
sependapat jika terus dikatakan rupiah Indonesia melemah dan berpengaruh pada
ekonomi dalam negeri. Menurut dia, meski nilai rupiah Indonesia melemah
dibandingkan dollar Amerika Serikat, namun rupiah justru menguat dibandingkan
mata uang lain seperti Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dollar Australia, dan Won
Korea.
"Di Indonesia tidak jadi soal,
tidak ada hubungannya dengan rupiah. Cuma Amerika yang membaik," kata
Kalla dalam jumpa pers di kantor presiden, Rabu (17/12/2014).
Jusuf Kalla menilai menguatnya dollar
itu terjadi karena membaiknya perekonomian Amerika Serikat. Sehingga, hampir
semua mata uang di Asia dan dunia terlihat melemah. "Tapi, ada berita
baiknya, rupiah menguat, Yen dengan Ringgit Malaysia dengan Dollar Australia
dan Korea, kita lebih baik. Kita optimis ekonomi Indonesia bisa lebih kuat dari
sebelumnya," ujar Jusuf Kalla.
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyebab
nilai tukar rupiah melemah, yaitu:
1. Pertumbuhan
Perekonomian Amerika,
2. Inflasi
pasca kenaikan harga BBM,
3. Meningkatnya
data tenaga kerja Amerika,
4. Menurunnya
devisa negara,
5. Pengetatan
Stimulus Moneter Amerika.
Insentif
yang dilakukan adalah:
1. Meningkatkan
ekspor,
2. Meningkatkan
investasi,
3. Memberikan
tax holiday dan tax allowance kepada investor.
Pendapat
Wakil Presiden Jusuf Kalla:
Beliau
tidak sependapat bila dikatakan nilai rupiah melemah. Menurutnya, walau nilai rupiah Indonesia melemah
dibandingkan dollar Amerika Serikat, namun rupiah justru menguat dibandingkan
mata uang lain seperti Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dollar Australia, dan Won
Korea.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment