Saturday, December 20, 2014

DIBALIK MELEMAHNYA RUPIAH

PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG
            Rupiah adalah mata uang resmi Indonesia. Mata uang ini dicetak dan diatur penggunaannya oleh Bank Indonesia dengan kode ISO 4217 IDR. Secara tidak formal, orang Indonesia juga menyebut mata uang ini dengan nama "perak". Satu rupiah dibagi menjadi 100 sen, walaupun inflasi telah membuatnya tidak digunakan lagi kecuali hanya pada pencatatan di pembukuan bank.
            Nama rupiah sering dikaitkan dengan rupee mata uang India, namun sebenarnya menurut Adi Pratomo, salah satu sejarawan uang Indonesia, rupiah diambil dari kata rupia dalam bahasa Mongolia. Rupia sendiri berarti perak. Memang sama dengan arti rupee, namun rupiah sendiri merupakan pelafalan asli Indonesia karena adanya penambahan huruf ’h’ di akhir kata rupia, sangat khas sebagai pelafalan orang-orang Jawa.
            Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia belum menggunakan mata uang rupiah namun menggunakan mata uang resmi yang dikenal sebagai ORI. ORI memiliki jangka waktu peredaran di Indonesia selama 4 tahun, ORI sudah mulai digunakan semenjak 1945-1949. Namun, penggunaan ORI secara sah baru dimulai semenjak diresmikannya mata uang ini oleh pemerintah sebagai mata uang Indonesia pada 30 Oktober 1946.
            Pada 8 April 1947, gubernur provinsi Sumatera mengeluarkan rupiah Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera (URIPS). Sejak 2 November 1949, empat tahun setelah merdeka, Indonesia menetapkan rupiah sebagai mata uang kebangsaannya yang baru. 
            Krisis ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai rupiah jatuh sebanyak 35% dan membawa kejatuhan pemerintahan Soeharto. Rupiah merupakan mata uang yang boleh ditukar dengan bebas tetapi diperdagangkan dengan penalti disebabkan kadar inflasi yang tinggi.


PEMBAHASAN


Permasalahan yang sekarang ini sedang terjadi adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika. Banyak hal yang membuat nilai tukar rupiah melemah, yaitu:
      1.      Pertumbuhan Perekonomian Amerika,
      2.      Inflasi pasca kenaikan harga BBM,
      3.      Meningkatnya data tenaga kerja Amerika,
      4.      Menurunnya devisa negara,
      5.      Pengetatan Stimulus Moneter Amerika.

1.      Pertumbuhan Perekonomian Amerika
Center of Reform on Economics (Core) Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah terus melemah hingga 2015. Direktur Eksekutif Core Indonesia, Hendri Saparini mengatakan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga menjadi faktor paling kuat menekan kurs rupiah.
Rupiah bisa melemah dari Rp 12.300 hingga 12.600 per dolar AS. Kekhawatiran pelemahan kurs rupiah, berawal dari perkiraan tumbuhnya perekonomian Amerika pada 2015 sekitar 3,3 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi tahun ini yang berkisar pada level 2,2 persen.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Amerika memunculkan kekhawatiran akan tersendatnya pertumbuhan ekonomi, terutama di negara berkembang. Hendri menuturkan kekhawatiran itu diperparah dengan rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan pada paruh kedua 2015. Akibatnya, pasar memberikan respons berlebihan dengan cara memborong dolar, sehingga kursnya semakin menguat.

2.      Inflasi pasca kenaikan harga BBM
Penyebab kedua dari melemahnya rupiah datang dari dalam negeri. Rupiah akan tertekan oleh inflasi pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Untuk itu, investor berharap ada stabilitas politik untuk menjaga sentimen di pasar modal dan investasi jangka panjang. Dengan begitu dapat mempengaruhi besarnya tekanan pada pelemahan rupiah.

3.      Meningkatnya data tenaga kerja Amerika
Meningkatnya data tenaga kerja AS hingga melampaui prediksi para analis membuat nilai tukar dolar semakin perkasa. Sehingga, nilai tukar rupiah yang sejak pekan lalu kini semakin tertindas.
Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga 0,58 persen ke level 12.370 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:48 waktu Jakarta. Nilai tukar rupiah bahkan sempat menyentuh level 12.376 per dolar AS di awal sesi pembukaan.
Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai tukar rupiah terkoreksi cukup signifikan hingga 56 poin. Pada perdagangan saat ini, nilai tukar rupiah berada di level 12.352 per dolar AS.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta menilai data perubahan non-farm payrolls AS yang meningkat tajam berhasil membuat nilai tukar dolar kian perkasa.

4.      Menurunnya devisa negara
Selain itu, cadangan devisa negara juga turun dari US$ 111,97 miliar menjadi US$ 111,14 miliar. Penurunan ini dipicu pengeluaran pembayaran utang luar negeri pemerintah dan pengendalian moneter terhadap pelemahan rupiah.
5.      Pengetatan stimulus moneter Amerika
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi, menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa hari belakangan ini tidak bisa dikaitkan dengan isu pengesahan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Sofjan menampik anggapan bahwa penurunan nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir disebabkan sentimen negatif terhadap isu politik dalam negeri ini. Isu utama yang membuat rupiah tertekan adalah pengetatan stimulus moneter AS.

"Unsur dalam dan luar bermain. Ini yang bikin rupiah melemah. Perdagangan kita defisit," ujar Sofjan.
Selain itu, ia melanjutkan, negara-negara lain di kawasan negara berkembang pun turut mengalami depresiasi nilai tukar mata uangnya masing-masing terhadap dolar AS dalam menghadapi isu gejala pemulihan ekonomi AS.

Melihat nilai tukar rupiah yang melemah, pemerintah akan memberikan insentif. Insentif yang dilakukan adalah meningkatkan ekspor dan investasi dan juga memberikan tax holiday serta tax allowance sehingga Indonesia mendapatkan keuntungan walau sekarang nilai dolar AS terus meningkat.
1.      Meningkatkan ekspor dan menekan laju impor
Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan, dengan meningkatnya ekspor, maka Indonesia mendapat keuntungan besar karena barang yang diekspor dibayar menggunakan dollar AS. Ekspor yang bisa digenjot adalah coklat, kopi, udang, karet, sawit dan sebagainya.
Apabila ekspor bisa digenjot dan impor ditekan, Jusuf Kalla optimistis bahwa defisit perdagangan Indonesia akan menurun apalagi Indonesia telah menekan subsidi bahan bakar minyak (BBM). "Pada ujungnya di awal tahun depan akan kelihatan hasilnya yaitu stabilitas ekonomi," ungkap Wakil Presiden Jusuf Kalla.

2.      Meningkatkan investasi di Indonesia
Insentif yang berikutnya adalah meningkatkan investasi. Insentif ini dapat diberikan pada pihak yang akan berinvestasi di Indonesia. Wakil Presiden, Jusuf Kalla yakin Indonesia tetap menjadi pilihan berinvestasi jika fasilitas yang diberikan pemerintah tidak terlalu menyulitkan.
3.      Memberikan tax holiday dan tax allowance
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan, bentuk insentif yang diberikan pemerintah untuk menghadapi penurunan nilai tukar rupiah pada dollar AS tidak harus berbentuk fiskal. Ia pastikan, pemerintah akan melakukan semua hal yang dianggap mampu mendorong peningkatan ekspor termasuk memberikan tax holiday atau tax allowance pada investor yang mampu meningkatkan ekspor Indonesia.

PENDAPAT WAKIL PRESIDEN JUSUF KALLA
Wakil Presiden Jusuf Kalla tak sependapat jika terus dikatakan rupiah Indonesia melemah dan berpengaruh pada ekonomi dalam negeri. Menurut dia, meski nilai rupiah Indonesia melemah dibandingkan dollar Amerika Serikat, namun rupiah justru menguat dibandingkan mata uang lain seperti Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dollar Australia, dan Won Korea.
"Di Indonesia tidak jadi soal, tidak ada hubungannya dengan rupiah. Cuma Amerika yang membaik," kata Kalla dalam jumpa pers di kantor presiden, Rabu (17/12/2014).
Jusuf Kalla menilai menguatnya dollar itu terjadi karena membaiknya perekonomian Amerika Serikat. Sehingga, hampir semua mata uang di Asia dan dunia terlihat melemah. "Tapi, ada berita baiknya, rupiah menguat, Yen dengan Ringgit Malaysia dengan Dollar Australia dan Korea, kita lebih baik. Kita optimis ekonomi Indonesia bisa lebih kuat dari sebelumnya," ujar Jusuf Kalla.


PENUTUP


KESIMPULAN

Penyebab nilai tukar rupiah melemah, yaitu:
       1.      Pertumbuhan Perekonomian Amerika,
       2.      Inflasi pasca kenaikan harga BBM,
       3.      Meningkatnya data tenaga kerja Amerika,
       4.      Menurunnya devisa negara,
       5.      Pengetatan Stimulus Moneter Amerika.

Insentif yang dilakukan adalah:
       1.      Meningkatkan ekspor,
       2.      Meningkatkan investasi,
       3.      Memberikan tax holiday dan tax allowance kepada investor.

Pendapat Wakil Presiden Jusuf Kalla:
Beliau tidak sependapat bila dikatakan nilai rupiah melemah. Menurutnya, walau nilai rupiah Indonesia melemah dibandingkan dollar Amerika Serikat, namun rupiah justru menguat dibandingkan mata uang lain seperti Yen Jepang, Ringgit Malaysia, Dollar Australia, dan Won Korea.


DAFTAR PUSTAKA


No comments:

Post a Comment